“Quarter Life Crisis (QLC)”  Masalah Kesehatan Mental Pada Orang Dewasa

Gambar : QLC (The quarter-life crisis: not if, but when? – Lindenlink )

Dewasa ini orang dengan mental disorder depresi berat dan skizofrenia 40% – 60% cenderung memiliki tingkat kematian lebih tinggi dari pada orang dengan penyakit fisik (kanker, jantung, Diabetes dan HIV) 4,3% Wanita dengan Depresi salah satu penyebabnya mengidap kecacatan (WHO, 2021). Prevalensi penduduk di indonesia yang terdiagnosa Depresi 17,1% usia Dewasa (25- 54) dan 23,4 % Lansia, lebih besar disebabkan gangguan mental (13,4%) (KEMENKES RI, 2019), Mental Health Atlas 2020 menemukan data penderita gangguan mental secara global 88%, Afrika 83%, Amerika 94%, eastern mediterranean 95%, South-East Asia 73%, Western Pacific 93% menyimpulkan kurangnya perhatian dari pemerintah tentang kebijakan dan hukum kesehatan mental, tenaga kerja dan ketersediaan layanan (World Health Organization, 2021).

Sahabat Appskep, Perlu kita ketahui bersama saat individu menginjak usia peralihan dari remaja ke dewasa muda 19-26 tahun pola hidup dan kesehatan individu tersebut akan berkesinambungan dengan kesehatannya ketika di masa tua. 

Ciri-ciri  masa  dewasa  madya,  antara  lain  :  Usia  madya merupakan  masa  transisi,  Usia madya adalah masa stress, dimana Stres sangat penting untuk kelangsungan hidup, yang dimana akan menyebabkan kondisi kesehatan individu (Liakopoulou, Varvogli and Darviri, 2020). Saat individu yang memasuki fase ini mereka dituntut untuk mengeksplor segala potensi diri, work-life balance, mengantisipasi perubahan gaya hidup, fokus berinvestasi dan karir  untuk mencapai kesejahteraan mental dalam bekerja (Golden and Biebel, 2017). dalam fase ini seorang individu akan memiliki idealisme yang harus mereka capai seperti : status seperti pernikahan, kemandirian finansial, menyelesaikan pendidikan (Dalessandro, 2019) akan tetapi harapan dan keinginan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada (Sawang and Newton, 2018; Aisyah and Utami, 2020; Sari, 2021) Sehingga dapat disimpulkan pada tahap ini individu cenderung memiliki rasa tidak memiliki arah hidup, khawatir, bingung, dan galau akan ketidakpastian kehidupannya di masa depan, rasa khawatir ini meliputi masalah keuangan, spiritual, relasi, percintaan, karier, tempat tinggal, dan kehidupan sosial (Aisyah., 2020; Habibie et al., 2019; Sari, 2021; Newton, 2018; Denton, 2020), Dimana fenomena ini dikenal dengan Quarter life Crisis (QLC) (Cirklová, 2021). Menurut Erikson, ditemukan lebih awal dalam perjalanan hidup, kemungkinan karena perbedaan sosial dalam historisitas dan tantangan kedewasaan yang mayoritas 75% terjadi di usia 25-33 tahun. Dan diusia inilah yang rawan mengalami Stres Kerja World Health Organization mendefinisikan stres kerja sebagai “pola reaksi yang terjadi ketika pekerja dihadapkan pada tuntutan pekerjaan yang tidak sesuai dengan pengetahuan, keterampilan, atau kemampuan dan pekerja tidak mampu untuk mengatasinya” (Kin, Hui and Aye, 2018). 

Referensi

  • Devanda, et.al, 2022 “BOOK CHAPTER : ILMU KEPERAWATAN JIWA”, Penerbit : Media Sains Indonesia, ISBN : 978-623-362-408-4
  • Aisyah, M. and Utami, M. S. (2020) ‘Quarter Life Crisis pada Emerging Adult di Indonesia’, p. 2020. 
  • BPS (2021) ‘STATISTIK PENDUDUK LANJUT USIA 2021’, in Adhie, Budi, Ika, R. (ed.) STATISTIK PENDUDUK LANJUT USIA 2021. Badan Pusat Statistik, pp. 1–316. doi: 04200.2125. 
  • Golden, L. and Biebel, K. (2017) ‘THE QUARTERLIFE CRISIS : SUPPORTING YOUNG ADULT MENTAL HEALTH AND WELLBEING DURING THE COLLEGE TO-CAREER The Transitions to Adulthood Center for Research’, pp. 1–31. 
  • Habibie, A., Syakarofath, N. A. and Anwar, Z. (2019) ‘Peran Religiusitas terhadap Quarter-Life Crisis (QLC) pada Mahasiswa’, Gadjah Mada Journal of Psychology (GamaJoP), 5(2), p. 129. doi: 10.22146/gamajop.48948. 
  • Karim, D. (2015) ‘Hubungan Dukungan Sosial Teman Sebaya Dengan Kualitas Hidup Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha’, JOM. 
  • KEMENKES RI (2019) ‘Situasi Kesehatan Jiwa Di Indonesia’, InfoDATIN, p. 12.
  • Kin, F., Hui, P. and Aye, L. (2018) ‘Occupational Stress and Workplace Design’, 10.3390/buildings8100133.

Editor :
Ns. Nurul Fauziah, M.Med.Ed
Ns. Najmi Ulfa Misbah, S.Kep