Penyebab Gangguan Lambung yang Perlu Kamu Ketahui

Sumber Gambar : hellosehat.com

Sekarang semakin banyak yang mengalami gangguan pencernaan termasuk gangguan lambung. Gangguan lambung banyak dialami orang dewasa, walaupun sudah mengetahui gejala dan telah terdiagnosa, masih banyak yang mengabaikannya. Apakah Sahabat Appskep salah satunya?

Gangguan lambung terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara faktor agresif (HCL dan pepsin) dan faktor defensif (perlindungan lapisan lambung). Angka kejadian gangguan lambung di Indonesia semakin meningkat.

Yuk sama-sama kenali beberapa jenisnya….

Penyakit dimana asam lambung naik ke kerongkongan sehingga menimbulkan gejala klinis dan dapat mempengaruhi kualitas hidup disebut GERD (gastroesophageal reflux disease). Pola makan, genetika, NSAID (obat anti inflamasi nonsteroid), merokok, obesitas, faktor perusak lambung, dan faktor pelindung lambung dapat berkontribusi terhadap GERD. GERD dianggap ringan, namun jika tidak diobati penyakit ini dapat kambuh dan berakibat fatal.

Selain GERD, Gastritis adalah peradangan atau perdarahan akut, kronis, dan pendarahan pada dinding lambung, sering timbul secara tiba-tiba ditandai dengan mual dan muntah, nyeri, pendarahan, lemas, kehilangan nafsu makan, dan sakit kepala. Salah satu pemicunya adalah terlalu banyak mengkonsumsi protein, karena dapat meningkatkan produksi asam lambung. Jika tidak segera diobati dapat menimbulkan komplikasi serius seperti perdarahan saluran cerna bagian atas, tukak lambung, perforasi lambung, dan anemia.

Pengobatan dapat dilakukan secara farmakologis dengan pemberian obat dari dokter. Selain itu, dapat diberikan secara non-farmakologis atau herbal seperti jahe, kunyit, dan pegagan. 

Gangguan lambung sering terjadi pada orang dewasa terutama lansia, karena usia mempengaruhi penurunan fungsi organ. Lapisan lambung menjadi lebih tipis dan menghasilkan lebih sedikit lendir (cairan pelindung di lambung), sehingga lebih rentan terhadap peradangan. Risiko gangguan lambung meningkat karena gaya hidup tidak sehat, kesibukan pekerjaan serta aktivitas yang dapat memicu stres. Sehingga, angka kejadian gangguan lambung, khususnya GERD paling tinggi terjadi pada usia produktif.

Wanita lebih rentan mengalami stres akibat perubahan sistem hormonal dalam tubuhnya, dan tingkat emosinya lebih tinggi dibandingkan pria. Ketika seseorang sedang stres, suatu stimulus dihasilkan yang berjalan ke hipotalamus di otak, melepaskan faktor pelepas corticotropin releasing factor (CRF), merangsang pelepasan hormon adrenocorticotropin (ACTH) yang merangsang kelenjar adrenal memproduksi beberapa hormon, termasuk hormon kortisol, saat stres produksi kortisol meningkat. Ketika lambung memproduksi kortisol dalam jumlah besar, produksi asam lambung akan meningkat.

Penyebab gangguan lambung :
  1. Merokok dapat merusak lambung karena kelebihan sekresi asam lambung. Hipersekresi asam lambung disebabkan oleh zat seperti nikotin dan asam nikotinat dalam asap rokok, yang mengurangi rangsangan pada pusat makan pada sistem saraf pusat dan mengurangi rasa lapar. Ketika lambung tidak mencerna makanan, asam lambung akan mencerna lapisan lambung sehingga menyebabkan peradangan lambung. 
  2. Mengonsumsi makanan pedas dapat mengiritasi sistem pencernaan, terutama lambung dan usus, sehingga menyebabkan kontraksi dan menimbulkan rasa terbakar dan nyeri pada perut disertai mual dan muntah. Mengkonsumsi cabai secara rutin dapat menyebabkan iritasi lambung karena cabai mengandung capsaicin. Capsaicin memiliki reseptor TRPV-1 yang menyebabkan rasa terbakar dan meningkatkan produksi asam lambung. 
  3. Konsumsi kopi jangka panjang menyebabkan gangguan lambung, karena kafein dalam kopi meningkatkan sekresi gastrin yang merangsang produksi asam lambung. Kafein mengandung senyawa asam seperti caffeic acid dan chlorogenic acid yang dapat menyebabkan gangguan lambung.

Mari jaga tubuh dari penyakit yang terlihat biasa namun membahayakan ini… Salam sehat Sahabat Appskep!

Referensi :

Arikah, L. M. (2016). Riwayat Makanan Yang Meningkatkan Asam Lambung Sebagai Faktor Risiko Gastritis. 4(1), 1–23.

Khoirunnisa, I., & Saparwati, M. (2020). JGK-Vol.12 , No.1 Juli 2020. 12(1).

Suherman Linda P., Robby Ramdani, Vina Septiani, Wiwik Indrayani, A. N., & Islamiyah, P. K. H. (2022). Pola Penggunaan Obat Pada Pasien Gastroesophageal Reflux Disease (Gerd) Di Salah Satu Rumah Sakit di Bandung. Pharmacoscript, 5(2), 186–200.

Syari, D. M., & Sari, H. (2021). Evaluasi Penggunaan Obat Proton-Pump Inhibitor (PPI) pada Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit Imelda Medan. Jurnal Ilmiah Farmasi Imelda, 5(1), 2655–3147. https://jurnal.uimedan.ac.id/index.php/JURNALFARMASI

Widayat Wahyu, Iffah Karina Ghassani, L. R. (2018). Profil Pengobatan dan DRP’S pada Pasien Gangguan Lambung (Dyspepsia, Gastritis, Peptic Ulcer) di RSUD Samarinda. Jurnal Sains Dan Kesehatan, 1(10), 1–23.

Editor :
Ns. Nurul Fauziah, M.Med.Ed
Ns. Najmi Ulfa Misbah, S.Kep