Durasi Bermain Media Sosial Dan Bayang-Bayang Gangguan Mental

Sumber Gambar : www.freepik.com

Sahabat Appskep pasti menggunakan sosial media seperti Tiktok, Instagram, hingga Youtube. Platform tersebut dapat kita manfaatkan untuk berbagai hal bahkan menyediakan fitur yang mendukung aktivitas sosial seperti like dan komentar. Namun ibarat koin bersisi dua, sosial media juga menyimpan potensi gangguan mental untuk kita. Mari kita bahas bagaimana sosial media dapat menyebabkan gangguan mental.

Apa yang terjadi pada tubuh saat kamu menggunakan sosial media?

Saat menggunakan sosial media beserta fiturnya, tubuh sahabat dapat mengeluarkan hormon Dopamin (hormon dan neurotransmitter, kali ini kita bahas dopamin sebagai hormon), disebut juga “hormon kesenangan” yang dikeluarkan saat beraktivitas seperti makan, minum, menang permainan, dan kegiatan bereproduksi. Jika kadar dopamin sahabat normal, sahabat akan merasa senang, termotivasi, dan fokus. Namun jika kadar dopamin tinggi, sahabat akan merasakan efek negatif berupa gangguan tidur, gangguan kontrol impuls, dan menjadi lebih agresif (Cleveland Clinic, 2024; McLean Hospital, 2024).

Fakta lain yang juga tidak menyenangkan adalah sosial media didesain untuk membuat kecanduan, sama seperti narkoba dan alkohol. Robert Sapolsky pernah bercerita tentang gagasan “Magical Maybe“. Menurut gagasan ini, seseorang mungkin mendapati atau tidak mendapati notifikasi saat melihat di smartphone. Ada peningkatan besar kadar dopamin ketika indikasi notifikasi terlihat. Dopamin menghilang dengan cepat setelah seseorang mengalami peningkatan dopamin. Kemudian otak mulai mencari dopamin lagi, individu tersebut berulang kali merasakan permintaan/dorongan untuk melihat layar ponsel. Ini adalah siklus loop dopamin seperti gambar di atas (Kotler, 2017 dalam Kira E. Riehm., et. al., 2019).

Gambar 1. Siklus Loop dopamin (Kira E. Riehm, et. al., 2019)
Lalu bagaimana batas aman bermedia sosial? Berapa waktu yang disarankan untuk bermedia sosial?

Sebuah penelitian longitudinal pada 6.595 remaja usia 12-17 tahun di Amerika Serikat dapat memberi gambaran berapa waktu yang aman untuk bermain sosial media. Penelitian ini terdiri dari 3 gelombang dari September 2013 sampai Oktober 2016. Peneliti tersebut mengklasifikasikan durasi penggunaan sosial media menjadi 5 yaitu:

  1. Tidak bermain sosial media sama sekali;
  2. Bermain sosial media ≤ 3 jam;
  3. Bermain sosial media > 30 menit sampai ≤ 3 jam;
  4. Bermain sosial media > 3 jam tetapi ≤ 6 jam; dan
  5. Bermain sosial media > 6 jam.

Hasilnya, tampak semakin lama durasi bermain sosial media, semakin tinggi persentase mengalami gangguan mental. Pada analisis khusus terkait klasifikasi durasi dan jenis gangguan, durasi > 3 jam hingga ≤ 6 jam dan > 6 jam sama-sama berhubungan secara signifikan pada gangguan masalah mental internal dan eksternal. Adapun bentuk masalah internal adalah:

  1. Gejala depresi dan ansietas;
  2. Menarik diri;
  3. Kesepian;
  4. Harga diri rendah; dan
  5. Penurunan kemampuan akademik.

Sedangkan bentuk masalah eksternal terdiri dari:

  1. Masalah perundungan (bullying) dan atensi;
  2. Antisosial;
  3. Agresif ke hewan dan manusia;
  4. Merusak barang sekitar; dan
  5. ADHD (Attention Deficit-Hyperactivity Disorder).

Peneliti menyimpulkan bahwa remaja yang menghabiskan waktu selama lebih dari 3 jam/hari di media sosial dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan mental (Kira E. Riehm, et. al., 2019).

Gambar 2. Hubungan durasi media sosial dan risiko gangguan kesehatan mental (Kira E. Riehm, et. al., 2019).1

Dari penelitian tersebut, sahabat dapat melihat bahwa durasi yang disarankan bermain media sosial adalah kurang dari 3 jam agar dapat terhindar dari masalah mental baik internal dan eksternal seperti gejala depresi dan ansietas, menarik diri, harga diri rendah, bullying, antisosial, dan tindakan agresif ke hewan dan manusia.

Sekarang, sahabat dapat mempertimbangkan berapa waktu yang akan sahabat habiskan di media sosial terutama yang memiliki peran dengan pengeluaran hormon dopamin seperti tiktok, youtube, instagram, dan facebook.

Referensi

my.clevelandclinic.org. (2024). Dopamine. Diakses pada 14 April 2024, dari https://my.clevelandclinic.org/health/articles/22581-dopamine

Kira E. Riehm; Kenneth A. Feder; Kayla N. Tormohlen; Rosa M. Crum; Andrea S. Young; Kerry M. Green; Lauren R. Pacek; Lareina N. La Flair; Ramin Mojtabai. (2019). Associations Between Time Spent Using Social Media and Internalizing and Externalizing Problems Among US Youth. JAMA Network, 76(12), 1266–1273. https://jamanetwork.com/journals/jamapsychiatry/article-abstract/2749480

mcleanhospital.com (2024). The Social Dilemma: Social Media and Your Mental Health. Diakses pada 14 April 2024, https://www.mcleanhospital.org/essential/it-or-not-social-medias-affecting-your-mental-health#:~:text=Social media has a reinforcing,%2C food%2C and social interaction

Editor :
Ns. Nurul Fauziah, M.Med.Ed
Ns. Najmi Ulfa Misbah, S.Kep